Generasi Anti Stunting? Siapa Takut! Kader Posyandu dan KKN UNDIP Edukasi Penurunan Stunting kepada Ibu Balita Desa Jarum!

05 August 2024 adminjarum , , Comments Off on Generasi Anti Stunting? Siapa Takut! Kader Posyandu dan KKN UNDIP Edukasi Penurunan Stunting kepada Ibu Balita Desa Jarum!

 

Klaten (5/08), Kader Posyandu dan TIM II KKN UNDIP bersama-sama melakukan edukasi stunting kepada ibu-ibu yang memiliki balita dalam rangka menekan angka stunting di Desa Jarum. Kegiatan ini dilaksanakan di Posyandu Mekar Sari, Desa Jarum oleh Esti Widyastuti (20), Adilla Panca Karsa (19), Diva Amelia (20), Linda Febriyani (21), dan Silvia Amanda (21).

Edukasi stunting digalakkan oleh seluruh kader posyandu, termasuk dari Posyandu Mekar Sari dan TIM II KKN UNDIP, mengetahui urgensi kasus stunting di Desa Jarum menempati peringkat satu stunting se-Kecamatan Bayat. Perangkat desa dan tim kesehatan telah menggencarkan dengan giat program-program penunjang masyarakat, terutama balita dan ibu hamil untuk bersama-sama memiliki gizi cukup dan tinggi yang memadai untuk menurunkan angka stunting.

Program ini diawali dengan melakukan pengecekan kesehatan balita mulai dari pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan lingkar kepala. Pendataan yang dilakukan kemudian dikategorikan T (Tetap/Tidak Naik) dan N (Naik). Berkat kegiatan posyandu yang digalakkan dapat terlihat bahwa beberapa balita mengalami kenaikan walau hanya sedikit maupun banyak di beberapa pekan terakhir. Hal ini juga didukung oleh TIM II KKN UNDIP untuk bersama-sama menekan angka stunting

Edukasi Gerakan Anti Stunting dimulai dari pengisian pre-test dan post-test dan materi dari beberapa program keilmuan: Diva Amelia dari jurusan Kedokteran, Esti Widyastuti dari jurusan Kesehatan Masyarakat, dan Adilla Panca Karsa dari jurusan Psikologi. Edukasi diawali oleh Diva yang membawakan program monodisiplin mengenai fenomena stunting dan penekanan pemberian MP-ASI. Materi ini menekankan bahwa anak rentan terhadap penyakit, memiliki kecerdasan tidak maksimal apabila stunting, dan dapat tumbuh dengan sehat dan cerdas jika mendapatkan nutrisi lengkap. Stunting juga berbeda dengan gizi buruk dengan perbedaan mencolok dengan stunting dinilai dari perbandingan tinggi badan, sedangkan gizi buruk dari ukuran berat badan. Pentingnya nutrisi mencakup 1000 hari pertama kehidupan anak dengan pemberian makanan dimulai dari ASI ekslusif, ASI ditambah MP-ASI, baru diberikan makanan keluarga. Dalam MP-ASI, Diva pula menjelaskan pentingnya makan tepat waktu, adekuat dengan cukup protein-mikronutrien, aman penyimpanannya, dan tepat pemberiannya sesuai usia. Konsep makanan baik dan mudah dipahami dapat dilihat dari tumpeng gizi seimbang dan isi piringku yang mencakup buah-buahan, lauk-pauk, makanan pokok, dan sayuran. 

Materi dilanjutkan oleh Esti mengenai faktor lingkungan yang menyebabkan stunting. Hal ini melibatkan teori H.L.Blum bahwa derajat kesehatan diukur dari  lingkungan (45%),  perilaku kesehatan (30%) pelayanan kesehatan (20%), dan genetik (5%). Balita yang tinggal di keluarga dengan sanitasi buruk mengalami risiko stunting 5,9 kali lebih tinggi. Kondisi tersebut dapat menyebabkan infeksi pernapasan, pneumonia, asma, dan penyakit lainnya. Esti menekankan pentingnya rumah sehat dengan air bersih, ada tempat pembuangan sampah, ventilasi, dan kepadatan hunian yang sesuai. Mengenai polusi, Esti menerangkan di dalam rumah juga terdapat polusi seperti rokok, bakteri, debu, pestisida, dan bahan-bahan kimia sehingga memerlukan pembuangan udara yang baik melalui pembukaan jendela, membersihkan setiap ruangan, menguras bak mandi, hingga melakukan penghijauan. 

Edukasi diakhiri materi oleh Arsa mengenai Pola Asuh untuk Atasi Stunting. Hal ini melibatkan perlakuan orang tua, dengan pemenuhan gizi yang tegas. Dampak psikologis karena stunting melibatkan kepercayaan diri rendah, mudah cemas, rentan depresi, risiko kognitif rendah, dan masalah keluarga. Arsa menawarkan stimulus psikososial anak dengan stimulus pembelajaran, kehangatan-perhatian, penerimaan, pengalaman, dan keterlibatan yang melibatkan kedekatan hubungan orang tua dan anak daripada sekadar bermain ponsel atau bermain sendirian. Selain itu, Arsa juga melakukan praktik cara supaya tidak terlalu stres dalam mengasuh anak dengan merilekskan diri dan menarik napas dengan hitungan 1, 2, 3, dan 4 ditahan sekitar 3-5 detik sambil memejamkan mata dan baru dihembuskan perlahan. Untuk hasil maksimal, Arsa menerangkan perlu pengulangan hingga 10 kali sampai rasa cemas berkurang. 

Setelah dilanjutkan sesi tanya jawab dan berakhir, TIM II KKN UNDIP memberikan buku panduan dalam mengatasi stunting di Desa Jarum. Kader posyandu dan TIM II KKN UNDIP memiliki harapan program edukasi ini dapat menjadi panduan kepada ibu-ibu dengan balita dan baduta untuk lebih menjaga diri dan anak mereka supaya gizi dan pola asuhnya memadai.

Buku panduan dapat diakses melalui: https://online.flippingbook.com/view/224674963

 

Bagikan :

Terkait

About adminjarum