Desa Jarum, Kabupaten Klaten (12/08) – Kasus stunting di Desa Jarum, Kecamatan Bayat,
Kabupaten Klaten tergolong tinggi dan menduduki peringkat satu kasus stunting terbanyak se
Kecamatan Bayat per Juni 2024. Stunting merupakan gangguan kesehatan yang ditandai
dengan ketidaksesuaian tinggi badan jika dibandingkan standar anak seusianya. Stunting
disebabkan oleh malnutrisi dalam jangka panjang. Permasalahan kesehatan ini mendorong
mahasiswa KKN Universitas Diponegoro, Esti Widyastuti dari Fakultas Kesehatan
Masyarakat untuk melakukan sosialisasi mengenai sanitasi pangan sebagai faktor tidak
langsung yang menyebabkan stunting.
“Orang masih menganggap jika bapak ibunya pendek dan anaknya stunting merupakan hal
yang wajar, karena stunting masih dianggap kasus kesehatan karena faktor genetik,” Jelas
Bidan Desa, Ari Setyawati.
Pola pikir masyarakat masih menganggap bahwa stunting merupakan kasus kesehatan yang
disebabkan oleh keturunan. Padahal, menurut teori H.L.Blum yang menjelaskan tentang
derajat kesehatan manusia, faktor genetik atau keturunan hanya sebesar 5% dan faktor
terbesar merupakan faktor lingkungan, sebesar 45%. Faktor lingkungan tidak hanya berkaitan
dengan kebersihan rumah saja, tetapi melingkupi kepemilikan jamban sehat, pengelolaan
limbah cair rumah tangga, pengelolaan air minum dan makanan, praktik cuci tangan, dan
pengelolaan sampah yang benar. Beberapa hal di atas masuk ke dalam lima pilar Sanitasi
Total Berbasis masyarakat (STBM).
Pemahaman yang salah kaprah tentang penyebab stunting harus diluruskan dengan memberi
program sosialisasi tentang keamanan pangan, sebagai salah satu komponen kebersihan
lingkungan. Bahan pangan yang memiliki standar baik dengan mutu dan kebersihan yang
terjamin akan meningkatkan kesehatan masyarakat, terutama balita yang masih rentan
terinfeksi virus dan bakteri. Salah satu metode yang digunakan di industri makanan untuk
menjamin mutu produk adalah metode Hazard Analysis and Critical Control Points
(HACCP). HACCP terfokus pada pencegahan kontaminasi dan menjamin mutu hingga
makanan tersebut dikonsumsi.
Intervensi sanitasi pangan dilakukan di posyandu Larasati dengan jumlah peserta sebanyak
23 orang yang merupakan ibu-ibu balita. Dalam acara sosialisasi sanitasi pangan, metode
HACCP diterapkan pada saat pembuatan makanan tambahan yang diakulturasikan dengan
budaya Jepang, yaitu sushi. Sushi yang dibuat pada acara sosialisasi terdiri dari bahan-bahan
yang mudah didapat, seperti bayam, wortel, dan telur. Dalam menyajikan sushi, tentunya
terdapat beberapa bahaya, seperti saat memilih telur terdapat kotoran ayam yang menempel
pada cangkang telur. Kotoran ayam dapat mengontaminasi telur oleh bakteri Salmonella yang
menyebabkan gejala mual, muntah, demam, dan diare. Metode HACCP dapat mencegah
bahaya tersebut dengan upaya pencegahan berupa melakukan pemilihan atau quality control
terhadap telur yang akan dibeli dan mencelupkan telur sebentar dalam air hangat untuk
mengurangi bahaya bakteri Salmonella pada cangkangnya. Selanjutnya, dalam menyajikan
sushi, pastikan semua peralatan masak dalam keadaan bersih dengan mencuci terlebih
dahulu. Kondisi tangan juga dalam keadaan bersih, dapat mencuci tangan sebelum
menggulung nasi atau menggunakan sarung tangan sebagai upaya pencegahan kontaminasi.
Masalah stunting merupakan masalah kesehatan multifaktor. Menyelesaikan masalah stunting
tidak seperti mengedipkan mata, perlu melakukan pencegahan dari hulu, yaitu intervensi
kepada remaja perempuan sebagai calon ibu untuk rajin mengonsumsi tablet tambah darah
dan konsumis makanan yang sehat dan bergizi seperti sayur-sayuran. Pengetahuan hygiene
sanitasi pangan perlu ditingkatkan bagi ibu hamil dan menyusui, agar bayi-bayi tumbuh sehat
pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagai hilir pencegahan.
Selama acara berlangsung, ibu-ibu balita terlihat antusias melihat demonstrasi pembuatan
sushi. Ibu-ibu dan bayi dua tahun hingga lima tahun juga berkesempatan untuk menyicicipi
sushi yang dibuat. Pemilihan sajian makanan tambahan sushi dinilai mudah dibuat dan cepat
disajikan, modifikasi bahan-bahan juga dipilih dengan pertimbangan harga yang murah.
Kegiatan sosialisasi pencegahan stunting yang diadakan, diharapkan dapat menekan
prevalensi kasus dan menyukseskan Desa Jarum sebagai desa sehat dengan kualitas hidup
masyarakat yang tinggi, termasuk mengenai edukasi kesehatan, promosi gaya hidup sehat,
dan penyediaan akses ke layanan kesehatan yang baik.